Rabu, 25 Agustus 2010

PRINSIP PRINSIP KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN KONTEKS KEBUDAYAAN

Oleh:Dwi Kartikawati, S.Sos,M.Si

Prinsip-prinsip komunikasi dalam penerapan konteks kebudayaan akan lebih dapat dipahami dalam konteks perbedaan budaya dalam mempersepsi obyek-obyek sosial tertentu. Kemiripan budaya dalam persepsi memungkinkan pemberian makna yang mirip terhadap suatu obyek sosial atau peristiwa. Masalah-masalah kecil yang timbul dalam komunikasi seringkali akibat dari perbedaan persepsi. Perbedaan persepsi ini diakibatkan oleh derajat kesamaan dan ketidaksamaan yang dicapai dalam integrasi sosial antara komunikator dan komunikan.

HOMOFILY DAN HETEROFILY

Homofily adalah derajat atau tingkatan kesamaan dari pasangan sumber dan penerima pesan yang disebabakan oleh ciri-ciri atribut (unsur-unsur budaya) yang sama pada unsur-unsur budaya yang terdapat pada kepercayaan, pendidikan atau status sosial. Sedangkan heterofily adalah cerminan yang berlawanan dengan homofily adalah derajat ketidaksamaan dari pasangan sumber dan penerima pesan yang disebabkan oleh cirri-ciri atribut (unsur budaya)yang berbeda pada unsur-unsur budaya yang terdapat pada kepercayaan, pendidikan atau status sosial.

Menurut Aubrey Fisher (1996) dalam Rumondor (2003) homofily dan heterofily adalah salah satu aspek penerapan prinsip komunikasi dalam konteks antar budaya yang biasanya menjadi subyek kajian ilmuwan psikologi dan ilmuwan komunikasi. Sasaran kajiannya mengenai keterpaduan (cohesiveness) dalam interaksi antar pribadi dan klompok seperti derajat atau tingkat kepuasan, loyalitas kelompok kesetiakawanan atau solidaritas, dan sikap keterlibatan anggota kelompok. Konsep keterpaduan ini adalah cirri komunikasi yang menentukan dan mengembangkan serta memelihara keterpaduan yang tinggi. Prinsip homofily dan heterofily ini menyangkut masalah peranan komunikasi daam meningkatkan kecenderungan para anggota kelompok untuk melakukan pilihan dengan memperhitungkan resiko tercapai tidaknya keterpaduan dan keseimbangan dibandingkan jika dilakukan oleh perorangan.

Perspektif komunikasi tingkat derajat kesamaan (homofily) dan ketidaksamaan (heterofily) ini dimaksudkan agar mencapai komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif berhubungan dengan pertanyaan apakah pesan yang disampaikan komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference) dan kerangka pengalaman (frame of experience) komunikan.. Kerangka acuan ini meliputi : nilai-nilai budaya, agama, serta pendidikan yang yang pernah dialaminya. Jika kerangka acuan dan pengalaman ada kemiripan atau kesamaan, komunikasi akan berlangsung lancar dan efektif.Komunikasi dapat efektif disebabkan juga oleh adanya komunikasi yang persuasive. Komunikasi efektif apabila ada kecocokan rangsangan antara pengiriman dan penerimaan pesan.Prinsip penting dalam heterofily jika trimbul ketidaksamaan maka upaya yang dilakukan adalah menerobos agar ada kesamaan (homofily) dengan menggunakan kemampuan empatik.

Lebih lanjut kita pahami bahwa ketika kita berkomunikasi dengan menggunakan simbol-simbol dengan orang lain dengan latarbelakang yang berbeda. Maka selanjutnya kita akan membahas komunikasi sebagai interaksi.

KOMUNIKASI SEBAGAI INTERAKSI
Komunikasi antar budaya merupakan suatu proses interaksi simbolik yang melibatkan individu-individu dan atau kelompok-kelompok yang memilki persepsi-persepsi dan cara-cara bertingkah laku yang berbeda sedemikian rupa, sehingga akan sangat mempengaruhi cara berlangsungnya dan hasil dari komunikasi tersebut. Atau dengan kata lain komunikasi dapat dirumuskan sebagai perilaku simbolik yang menghasilkan berbagai derajat pembagian bersama makna dan nilai diantara para partisipannya (Faules & Alexander, 1978:5-&)
Dari definisi di atas maka dilihat konsep-konsep antara lain:
1. Perilaku simbolik
menunjuk pada`kmampuan seseorang untuk memberi respon pada atau mrnggunakan seperangkat sistem simbol yang signifikan misalnya bahasa yang memungkinkan manusia unutk melibatkan diri dalam perilaku-perilaku yang kompleks.
2. Pembagian makna bersama
hal ini terjadi bilamana dua orang mempersepsikan sesuatu secara sama pada simbol tersebut. Makna yang sama tercapai bila simbol membangkitkan respon yang sama antara pengirim dan penerima, walaupun tidak persis sama.
3. Di antara para partisipannya
tindakan komunikasi merupakan suatu tindakan yang interaktif.

Sumber Bacaan:

Rumondor, Alex H, Komunikasi Antar Budaya, Universitas Terbuka, 2005
Sunarwinadi, Ilya, Komunikasi Antar Budaya,PAU Ilmu-Ilmu Sosial,UI

Materi ini ditulis oleh penulis selaku dosen di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Nasional yang disintesis dari dua sumber di atas dan telah diajarkan mulai tahun 2006-sekarang.

1 komentar:

  1. Ijin share ya bu...kalau tentang masa depan komunikasi antar budaya bisa dishare juga tidak bu, saya perlu...

    BalasHapus