Selasa, 24 Agustus 2010

POLA-POLA BUDAYA MENURUT HOFSTEDE

Oleh Dwi Kartikawati, S.Sos,M.Si

1. Penghindaran ketidakpastian
Penghindaran ketidakpastian adalah tingkatan dimana anggota budaya mencoba menghindari ketidakpastian. Dalam anggota budaya yang kecil penghindaran kepastiannya dibandingkan dengan anggota budaya yang tinggi dalam penghindaran ketidakpastiannya memiliki toleransi yang lebih kecil untuk ketidakpastian dan ambiguity, mereka mengekspresikan kekhawatiran yang tinggi dan lebih banyak perlu aturan formal dan kebenaran absolut dan toleransinya lebih rendah dengan orang lain.

Dalam budaya yang penghindaran ketidakpastiannya tinggi perilaku agresif dapat diterima walaupun begitu individu memilki menahan agresi dengan menghindari konflik dan kompetisi.Ada keinginan kuat untuk mencapai konsensus pada budaya yang penghindaran kepastiannya tinggi.

Penghindaran ketidakpastian berguna dalam memahami perbedaan apabila berkomunikasi dengan strangers.Orang yang berada pada budaya yang penghindaran ketidakpastiannya tinggi mencoba menhindari ambigouity dan mengembangkan aturan dan ritual dalam setiap situasi yang mungkin.

2. Power Distance
Adalah merupakan seberapa besar anggota-anggota dari institusi dan organisasi menerima kekuatan yang diberikan secara tidak seimbang. Individu dari budaya power distance tinggi menerima kekuatan sebagai bagian dari masyarakat. Sebagai hasilnya yang superior mempertimbangkan subordinatenya secara berbeda dari mereka dan sebaliknya. Anggota dari budaya yang tinggi power distancenya melihat kekuatan sebagai kenyataan dasar bagi masyarakat. Dan menekankan pada pemaksaan atau kekuatan referent. Sedangkan pada budaya yang power distancenya rendah percaya bahwa kekuatan hanya digunakan utnuk melegitimasi dan lebih pada kekuatan legitimasi tersebut.

Dimensi power distance memfokuskan pada hubungan antara orang yang berada pada status yang berbeda. (antara superiror dan subordinate). Power distance ini berguna dalam memahami perilaku dengan strangers.

Rendah dan tingginya power distance berada pada semua budaya tetapi cenderung mengarah pada yang lebih unggul. Budaya yang power distancenya tinggi sebagai contohnya adalah Egypt, Ethiopia, Ghana,Guatemala,India, malaisya, Nigeria, panama, arab Saudi, dan veneuzela. Budaya yang rendah power distance nya adalah Australia, Canada, Denmark, Germany, Ireland, Israel, New zeland, Sweden dan Usa.

3. Maskulinity-feminity
Maskulitas yang tinggi melibatkan penempatan nilai yang tinggi pada sesuatu, kekuatan, ketegasan mengenai kualitas hidup adalah rendah pada maskulinity dan tinggi pada femininity. Sistem budaya yang tinggi pada index masculinity nya menekankan pada perbedaan peran social, performance, ambisi, dan indepence.Sistem yang rendah pada masculinity menekankan peran sex, kualitas hidup, jasa, dan interdependence.

Hofstede menyatakan bahwa perbandingan antara orang-orang dalam budaya feminine, orang-orang dalam budaya maskulin adalah lebih kuat dalam motivasi untuk mencapai cita-cita, pandangan kerja lebih sebagai pusat kehidupannya.

4. confucian work dynamism
Hofstede meneliti empat dimensi yaitu individualisme-collectivisme, power distance, penghindaran ketidakpastian, maskulinity-feminity dalam mempelajari perusahaan multinasional. Dimensi-dimensi memiliki bias yang berbau barat karena metodologi yang digunakan dalam pengumpulan datanya. Dalam hubungan dengan budaya cina (pada tahun 1987 the chinese culture connection adalah kelompok dari peneliti yang dikomandoni oleh Michael Bond di universitas cina hongkong. ) mengetes kesimpulan Hofstede menggunakan metodologi dengan basis cina. Mereka menemukan empat dimensi dari variabel budaya yaitu confusian work dynamism, integrasi, human heartness, dan disiplin moral.Tiga dari dimensi ini berhubungan dengan dimensi yang diteliti Hofstede yaitu hubungan integrasi dengan individualism, disiplin moral dengan power distance dan human heartedness dengan maskulinity dan feminity. Hanya satu dimensi yang tidak berhubungan dengan penelitian hofstede yaitu confusian work dynamism.

Dimensi ini melibatkan delapan nilai yaitu empat nilai diasosiasikan positif adalah hubungan,thrift, persistence dan memiliki rasa malu dan empat nilai yang diasosiasikan negatif yaitu:perlindungan terhadap muka,personal, respek terhadap tradisi dan pengulangan kembali.
Hofstede mengemukakan empat kunci yaitu:
1. stabilitas masyarakat didasarkan pada hubungan yang tidak sama antara orang
2. keluarga adalah prototype bagi organisasi sosial
3. perilaku yang konsisten
4. berisi edukasi, kerja keras

SUMBER:
Gudikuntst, William B, Young Yun Kim, ” Communicating With Strangers”, third
edition, McGraw Hill, 1984, page 53-82

3 komentar: