Jumat, 08 Oktober 2010

CULTURE SHOCK ATAU GEGAR BUDAYA

By: Dwi Kartikawati, S.Sos,M.Si

Jika seseorang memasuki alam kebudayaan baru, maka timbul semacam kegelisahan dalam dirinya. Sebetulnya kecenderungan untuk mengalami hal seperti itu adalah alamiah. Akan tetapi kadang-kadang kegelisahan tersebut berubah menjadi rasa takut, frustasi dan tidak percaya diri. Maka hal ini disebut sebagai mengalami culture shock atau gegar budaya. Yaitu masa khusus transisi serta perasaan –perasaan unik yang timbul dalam diri orang setelah ia memasuki kebudayaan baru. .

Orang yang mengalami fenomena culture shock menurut Dodd dalam Ilya (KAB, hal 110) ini akan merasakan gejala-gejala fisik seperti gejala-gejala fisik seperti pusing, sakit kepala, sakit perut, tidak bias tidur, ketakutan yang berlebihanterhadap hal-hal yang kurang bersih, kurang sehat, tidak berdaya, dan menarik diri, takut ditipu, dirampok, dilukai, melamun, kesepian, disorientasi dan lain-lain.Lebih jauh Dodd menjelaskan ada beberapa tahapan dalam culture shock ini antara lain:
1. harapan besar (eager expectations)
yakni orang tersebut merencanakan untuk memasuki kebudayaan kedua atau kebudayaan baru. Rencana tersebut dibuatnya dengan bersemangat walaupun ada perasaan was-was dalam menyongsong kemungkinan yang bias terjadi.Sekalipun demikian dia optimis menghadapi masa depan yang perencanaan selanjutnya
2. semua begitu indah (everything is beautiful)
yakni segala sesuatu yang baru terasa menyenangkan. Walaupun mungkin beberapa gejala seperti tidak bias tidur atau perasaan gelisah dialami, tetapi rasa keingintahuan dan antusiasme dengan cepat dapat mengatasi perasaan tersebut. Para ahli menyebut masa ini dengan masa bulan madu. Menurut penelitian masa ini berlangsung beberapa minggu sampai enam bulan.
3. semua tidak menyenangkan (everything is awful)
masa bulan madu telah usai. Sekarang segala sesuatu tidak menyenangkan. Setelah beberapa lama ketidakpuasan, ketidaksabaran, kegelisahan mulai terasa. Nampaknya semakin sulit berkomunikasi dan segalanya terasa asing. Orang mulai depresi dan frustasi.
4. semua berjalan lancar.( everything is ok)
setelah beberapa saat kemudian orang tersebut menemukan dirinya dalam keadaan dapat menilai hal yang positif ataupun negative secara seimbang.Ia juga mulai terbiasa dengan makanan, pemandangan , suara, bau, perileku nonverbal masyarakat setempat,.

Dalam hal ini perlu dicatat bahwa tidak semua orang yang memasuki kebudayaan baru mengalami hal-hal sama seperti di atas, dengan urutan tahapan demikian. Orang dapat mengalami culture shock dalam tahapan yang berbeda-beda.

Sumber bacaan
Deddy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat (ed), ,Komunikasi Antar Budaya, Bandung :
Rosdakarya, 2003.
Sunarwinadi, Ilya, Komunikasi Antar Budaya,PAU Ilmu-Ilmu Sosial,UI
Gudikunst, William B,&Young Yun Kim, Communications with Strangers: An
Approach to Intercultural Communications, edition 3, Massachussetts: Mc
Graw-Hill 1997
Rumondor, Alex H, Komunikasi Antar Budaya, Universitas Terbuka, 2005

1 komentar: